Follow Us!
More Links
-
Popular Posts
- September 15, 2017Book Launch: “Tertutupnya Pemikiran Kaum Muslimin” Translation of: The Closing of Muslim Mind by Robert R Reilly
- September 17, 2017Public Lecture on: “The Islamic Jesus: The Commonalities Between Judaism, Christianity, and Islam”
- October 23, 2017Uraian Buku Rekonstruksi Pemikiran Keagamaan Dalam Islam
- August 28, 2018Celebrating A New Malaysia
- September 7, 2012Understanding Evangelical Christianity in Malaysia
Categories
Uraian Manhaj Islah Imam Muhammad Abduh
November 28, 2017 by Professor Dr. Ahmad Syafii Maarif
Perkenalan Muhammad Abduh dengan Jamāl al-Dīn al-Afghānī pada bagian akhir abad ke-19 yang sekaligus membuka pintu baginya untuk mengetahui lebih dekat unsur-unsur positif peradaban Barat telah mengubah cara berfikirnya yang konservatif menjadi seorang pembaru yang fenomenal di dunia Muslim. Bermula di Mesir, kemudian menjalar ke berbagai belahan dunia, termasuk dunia Melayu. Tetapi karena sebagian besar bangsa Muslim pada waktu itu masih berada di bawah sistem penjajahan Eropah, maka virus pembaharuan Abduh terhalang untuk sampai ke akar rumput secara menyeluruh.
Universitas al-Azhar di Kairo, tempat Abduh pertama kali mengawali debut pembaharuannya tidak bisa bertahan lama setelah kewafatannya dalam usia 56 tahun pada tahun 1905. Memang ada beberapa murid dan pengikutnya yang meneruskan langkahnya, tetapi dampaknya tidak sehebat gerakan reformis sang guru. Rasyid Ridha misalnya kemudian lebih menampakkan kecenderungan konservatisme, tidak sejalan lagi dengan gagasan pembaharuan yang dirintis Abduh. Tetapi cita-cita Abduh untuk membangunkan dunia Muslim dari tidur nyenyaknya tidaklah sampai mati.
Di Indonesia, misalnya, sejak tahun 1912, tujuh tahun sepeninggal Abduh, telah ditubuhkan Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan (1868-1923) yang bergerak dalam kerja pembaruan sosial pendidikan. Pengaruh Abduh tidak dinafikan lagi cukup besar dalam gerakan Islam moden yang dikembangkan Muhammadiyah ini. Dalam usianya yang telah melampaui satu abad, Muhammadiyah terus bergerak dan meluaskan jaringan sosial keagamaannya. Belum tampak tanda-tanda akan menyusut. Dari sisi besarnya amal-usaha keIslaman dan kemanusiaan di ranah pendidikan dan pelayanan sosial, Muhammadiyah mungkin tidak ada tandingannya di seluruh dunia Muslim.
Tetapi memang dalam ranah pemikiran strategis dalam upaya membangun peradaban Islam vs. peradaban Barat moden, Muhammadiyah belum melangkah jauh. Inilah sebuah tantangan yang mesti dirumuskan jawabannya dalam tempo dekat. Dalam meneropong tantangan masa depan inilah Manhaj Islah Abduh sebagaimana yang ditafsirkan oleh Muhammad Imarah dapat dipakai sebagai salah satu rujukan penting bagi umat Muslim, khususnya di kawasan Melayu-Indonesia.
Professor Dr. Ahmad Syafii Maarif
Mantan Ketua Umum, Muhammadiyah
Mantan Presiden, World Conference on Religion for Peace (WCRP)
Follow Us!