Seminar Pemikiran Buya Hamka

March 31, 2019

Sabtu, 13 April 2019 || 10AM – 5PM
Ibnu Taimiyyah Conference Room, Kulliyyah of Economics and Management Sciences, International Islamic University Malaysia, Jalan Gombak, Kuala Lumpur

 

Kata alu-aluan oleh Professor Hassanuddeen Abdul Aziz
Dekan, Kulliyyah of Economics and Management Sciences, IIUM

Panelis:
Prof Yunahar Ilyas, PimpinanPusat Muhammadiyah, Indonesia
Dato’ Dr Ahmad Farouk Musa, Islamic Renaissance Front
Prof Amin Abdullah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia
Buya Afif Hamka, Pusat Studi Buya Hamka, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka 

Moderator:
Rifma Ghulam Dzaljad, Pusat Studi Buya Hamka

Anjuran:
Islamic Renaissance Front, Suara Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka dan Academic Staff Association, IIUM

Daftar di: https://www.eventbrite.com/e/seminar-pemikiran-buya-hamka-tickets-58973741047

Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau lebih dikenali sebagai Buya Hamka lahir pada tanggal 17 Februari 1908 dan wafat pada 24 Julai, 1981. Buya Hamka merupakan pemikir dan pentafsir fiqh Islam yang cukup masyhur di abad ini. Pada sosoknya yang trampil itu terungkap cita-cita besar dan ketangkasan idealisme seorang faqih dan filasuf agung. Beliau adalah salah satu aset bangsa Indonesia dan ulama’ besar yang memiliki kapasitas ilmu agama dan pengetahuan yang cukup luas.

Syaikh Mahmud Syaltut (1893-1963), ketika mengalungkan darjat Profesor kepada Buya mengungkapkan: “Sesungguhnya tatkala al-Azhar memutuskan hendak memberikan penghargaan itu (ustadziyah fakhriyah), ialah karena dia telah mengetahui betapa perjuangan Tuan selama ini di dalam usaha menegakkan kesatuan kaum Muslimin di Asia Timur, dan bagaimana pula Tuan telah memancangkan tonggak-tonggak untuk kekokohan Islam.”

Tetapi perjuangan Buya Hamka bukannya suatu yang mudah. Beliau dituduh sebagai Kaum Muda dan tidak hormat pada ulama’. Dengan kerananya itu, Buya Hamka menjawab: “Alhasil bagi kami ijtihad itu harus digalakkan. Dan bagi Kaum Tua pula “taqlid dijadikan tiang agama” dan kalau kami bantah taqlid, dikatakan kami merosakkan tiang agama. Kadang-kadang dituduh Kaum Muda tidak hormat kepada guru. Lantaran itu dikata pula merosak tiang-tiang agama. Yang sebenarnya kami hormat kepada guru dan hormat kepada ibubapa. Sebagai juga saudara-saudara muslimin yang lain. Kedudukan guru sama dengan kedudukan ibubapa wajib dihormati dan dimuliakan. Tetapi kalau guru itu silap jalannya, maka sebagai tanda kami hormat ialah kami tegur, dan jika dibawanya dengan sengaja atau tidak dengan sengaja kepada yang salah, kami tidak akan menurut”.

Buya Hamka juga telah menyiapkan tafsir dalam Bahasa Indonesia, Tafsir al-Azhar, yang merupakan inisiatif penting untuk mengetengahkan manhaj pemikiran yang kritis dan rasional dalam kajian tafsir.Tafsir ini diusahakan oleh Hamka selama 20 tahun dalam nuansa politik dan sosial yang mencabar. Ia ditulis seketika beliau berada di Kebayoran Baru sebelum ditahan di bawah orde lama dan merengkok dipenjara selama dua tahun empat bulan (27 Januari 1964 - 21 Januari 1967).Ia ditulis bagi menzahirkan kefahaman al-Qur’an yang tuntas yang disempurnakan dengan kupasan dan pentarjihan fiqh yang jelas dan meyakinkan. Tafsir al-Azhar merupakan penzahiran daripada cetusan pemikiran dan hasrat kebangkitan yang digerakkan oleh Imam Muhammad Abduh yang dipandang sebagai pelopor pembaharuan fikiran di Mesir. Ia melakarkan idea dan cita-cita pembaharuan dan ijtihad yang diperjuangkan oleh Sayyid Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan muridnya, Muhammad Rashid Redha.

Demikian initulah sekelumit tentang ulama’ Nusantara yang hebat itu, Buya Hamka, yang telah berjuang untuk mengangkat dan menerapkan gagasan pembaharuan di tanah airnya, dengan upaya yang ada padanya, lewat jalan dakwah dan penulisan. Dan pemikiran beliaulah yang akan kita perbincangkan dalam Seminar ini.

Program:

0930-1000:     Pendaftaran
1000-1005:     Ucapan oleh Pengerusi majlis, Afiqah Zulkifli
1005-1015:     Bacaan al-Qur’an oleh Muhammad Thufail Sayuti Surah Hud: 84-90
1015-1020:     Kata alu-aluan oleh Professor Hassanuddeen Abdul Aziz
1020-1025:     Ucapan Tuan Deni Asy’ari, Direktur, Suara Muhammadiyah
1025-1030:      Ucapan pengenalan oleh moderator, Rifma Ghulam Dzaljad
1030-1115:     Pembentang I: Prof Yunahar Ilyas
“Tabligh dan Pembaharuan Buya Hamka”
1115-1200:     Pembentang II: Dato’ Dr Ahmad Farouk Musa
“Tinjauan semula terhadap buku Teguran Suci dan Jujur kepada Mufti Johoroleh Buya Hamka
1200-1300:     Perbincangan dan soal jawab
1300-1430:     Makan tengahari dan solat
1430-1515:     Pembentang III: Prof Amin Abdullah
“Filsafat Buya Hamka”
1515-1600:     Pembentang IV: Buya Afif Hamka
“Warisan Buya Hamka untuk Umat Islam di Dunia Melayu”
1600-1700:     Perbincangan dan soal jawab
1700:               Minum petang dan bersurai

Profil Para Pembicara
Prof Yunahar Ilyas merupakan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusatsekaligus Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sehari-hari, bekerja sebagai Dosen/Guru Besar di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sejak 1987.Selain memimpin MUI dan megajar, beliau juga prolifik menulis. Beberapa karyanya di antaranya Kuliah Aqidah Islam(1992), Feminisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an Klasik dan Kontemporer(1997), Kuliah Akhlaq(1999), Akhlaq Masyarakat Islam(2002), Tafsir Tematis Cakrawala Al-Qur’an(2003), Konstruksi Pemikiran Gender dalam Pemikiran Mufasir(2005), Kisah Para Rasul(2006), Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an: Studi Pemikiran Para Mufasir(2006), Tipologi Manusia dalam Al-Qur’an.

Dato’ Dr Ahmad Farouk Musa merupakan Pengerusi dan Pengarah bagi Islamic Renaissance Front, sebuah gerakan intelektual dan badan pemikir yang mempromosi reformasi dan pembaharuan dalam Islam, demokrasi, kerajaan yang adil, dan hak asasi manusia. Beliau aktif terlibat dalam masyarakat sivil dan pembangunan wacana-wacana mengenai pasca-Islamisme. Beliau juga terlibat dalam dialog-dialog antara agama terutamanya berkaitan dengan hubungan Kristian-Muslim dan dialog-dialog intra agama terutamanya wacana Syiah-Sunni. Beliau telah membentangkan banyak makalah di pelbagai persidangan antarabangsa termasuklah yang terkini di Symposium on Islam and Contemporary Issues di Tehran, Iran pada bulan Mac 2018. Secara profesionalnya, beliau merupakan seorang ahli akademik dan penyelidik di School of Medicine, Monash University Malaysia dan merupakan seorang Pakar Bedah Kardiotorasik. Sekarang ini beliau merupakan Pesuruhjaya di Commonwealth Initiative for Freedom of Religion or Belief(CIFoRB) yang bertempat di Westminister, London. Beliau merupakan Mantan Timbalan Pengerusi bagi BERSIH 2.0, iaitu sebuah gerakan sivil yang lantang memperjuangkan sebuah pilihanraya yang bebas dan adil dan dan juga merupakan seorang Mantan Pengarah di Centre of Combating Corruption and Cronyism(C4). Beliau juga adalah Felo Penyelidik di Sekolah Tinggi Falsafah Islam (STFI) Sadra, Jakarta, Indonesia. Dato’ Dr. Ahmad Farouk Musa boleh dihubungi di [email protected]

Prof Amin Abdullah merupakan adalah seorang filsuf, ilmuwan, pakar hermeneutika, dan cendekiawan Muslim Indonesia. Ia pernah menjabat Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta selama 2 periode (2005–2010) dan juga aktif di organisasi Muhammadiyah. Ia pernah menakhodai Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1995–2000), dan menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2000–2005). Saat ini Amin menjabat sebagai Guru Besar Ilmu Filsafat di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Ketua Komisi Bidang Kebudayaan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Selain aktif berorganisasi dan mengajar, beliau juga banyak menulis buku. Di antaranya adalah, The Idea of University of Ethical Norms in Ghazali and Kant(1992), Falsafah Kalam di Era Postmodernisme(1995), Studi Agama: Normativitas atau Historisitas(1996), Dinamika Islam Kultural: pemetaan atas wacana keislaman kontemporer(2000), Antara al-Ghazali dan Kant: filsafat etika Islam(2002), Rekonstruksi Metodologi Ilmu-ilmu Keislaman(2003), Pendidikan Agama Era Multikultural Multireligius(2005), Islamic Studies di Perguruan Tinggi: pendekatan integratif-interkonektif(2006), Re-strukturisasi Metodologi Islamic Studies Mazhab Yogyakarta(2007), Agama, Ilmu, dan Budaya: paradigma integrasi-interkoneksi keilmuan(2013), Fresh Ijtihad(2019).

Buya Afif Hamka merupakan mubaligh sekaligus pengajar di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Selain aktif di Muhammadiyah, putra kesembilan dari Buya Hamka ini sejak 2016 juga memimpin Pusat Studi Buya Hamka di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka di Jakarta. Dalam bidang politik, ia pernah aktif dalam Partai Muslimin Indonesia dan Partai Persatuan Pembangunan.

 




View original article at: https://irfront.net/post/events/seminar-pemikiran-buya-hamka/